Sunday, July 22, 2007

Menghargai Pemberian

Ini kejadian kemaren, di acaranya Gilang. Di tradisi kita, biasanya para undangan memberikan hadiah untuk anak yang di sunat. Yang bikin aku terharu, ada kerabat yang kedatangannya saja sudah menjadi hadiah buwat keluarga kami, tetapi memaksakan memberi hadiah dalam bentuk uang untuk Gilang.
Kerabat ku ini bukan orang yang berada. Untuk sampai ke rumah ku saja 'usahanya' mesti maksimal (naik kendaraan laut, naik taksi ompreng, dan jalan kaki dari depan kompleks ke rumah).
Pemberiannya yang di lipat kecil-kecil, terdiri dari pecahan rupiah, bikin mataku panas.


Keesokan harinya, ketika Gilang menghitung 'kadonya', kami sempat membahas pemberian yang sangat berharga ini..diberikan dengan perjuangan..hadiah tak terhingga.

Hanya selang beberapa hari, aku mendengar curhat teman yang mencela habis-habisan hadiah ulang tahun yang didapat dari temannya. Masa orang sekaya itu cuman ngasih ini sih! Waktu dia ulang tahun..aku ngasih itu..tau kan lo harganya..eeee pas ulang tahun gua cuman di kasih ini!!! Aku yang kepikiran mo ngasih ucapan selamat ulang tahun, jadi mengurungkan niat..sudahlah, biar kudoakan saja di dalam hati.

Malam ini jadi kepikiran lagi..
Seberapa sering ya aku tidak menghargai pemberian orang lain..

Sepertinya terlalu sering.
Apalagi waktu perasaan 'jumawa' yang muncul..
Pemberian orang lain jadi tak berharga..

Padahal kalau mau melihat lebih dekat, mungkin yang aku anggap biasa-biasa itu sebenarnya sangat berarti buwat yang ngasih.

1 comments:

Anonymous said...

mba Ita, aku sering juga tidak memberikan "kado" apa2 ke orang2 yang aku anggap "mampu", karena takutnya kado yang kami berikan tidak sesuai dengan keinginan mereka. atau kepikiran, "ah.. mereka tidak butuh kado."