Thursday, November 22, 2007

Jadi, kenapa tetap kita genggam juga perasan tidak enak itu?



Pagi-pagi, dapet imil yang isinya tulisan di bawah. Mohon maaf, daku gk tau nih sapa yang nulis, cuman dapet FW an aja. Semoga penulisnya mendapatkan berkah rahmat..tulisannya bagus banget.

Saya pernah membaca artikel menarik tentang teknik berburu monyet dihutan-hutan Afrika, caranya begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan si pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu. Sebab, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika. 
Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma.
Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.


Para pemburu melakukannya di sore hari. Besoknya, mereka tingal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu kita sudah tahu jawabnya.

Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya.
Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana!


Mungkin kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenamya kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat setiap permasalahan yang kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang. Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf..

Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya. Bahkan, kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun kita pergi. Dengan beban berat itu, kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.

Teman, sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya. Dan, kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur kita mau melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan kita. Dengan begitu kita akan mendapati hari esok begitu cerah dan menghadapinya dengan senyum. Dan, kita pun tahu surga itu hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang hatinya betul-betul bersih...

Jadi, kenapa tetap kita genggam juga perasan tidak enak itu?




4 comments:

Anonymous said...

Asik bgt tulisannya!

Kangen juga nih, sama Ita.
Kalo mampir SG kasitau ya, Ta.
Aku blum ke Btm juga, udah setaun lebih jadi, blum ke Btm-nya.

Huwaaaaaaaaa, kangen deh sama Barelang.

--Hany
http://bintangmatahari.blogsome.com/

DeA Haryono said...

Duh mb'ita... tulisan nya ng-kick banget nie...
Apa kabar mbak???

asrita said...

Dhea..gimana kabarnya? Anak2 udah pada bisa apa nih? Kayanya baru kmaren deh pindahan dari Batam :)
Aduh dhe, itu bukan aku lagi yang nulis..hehehe..

Hanny..
yuk atuh..kapan ke barelang. Ntar kalo aku ke spore dalam rangka plesir aku kontek2 ya..Kalo dalam rangka kerja mah boro2 bisa ngontek :P
Kangen euy..

Anonymous said...

makasih buat tulisan ini...bikin aku tambah lagi ilmu buat ngadepin hidup...